DISUSUN OLEH:
Emilia Dwi Sepdaleni (10111001005)
Lailatul
Rahmah (10111001008)
Niken Tri Gusti
(10111001015)
Ria Puspita Sari
(10111001019)
Sri Lestari
(10111001021)
Selly Fransilia
(10111001020)
Desri Purwanti
(10111001025)
Dian Febrianti
(10111001026)
Siti Kurniatun
(10111001033)
Putri Intan Eriska
(10111001040)
Mutia Rahmi
(10111001041)
Risma
Oktaria
(10111001045)
Pita Rahayu
(10091001009)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
KONSEP
Pengertian Tuberculosis Survailens
Menurut Depkes RI (2006), TB Paru
(tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh kuman TB
(Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis adalah penyakit menular
yang sebagian besar disebabkan oleh kuman Myocobacterium tuberculosis.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal
juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam
tubuhmanusia melaui udara pernapasan kedalam paru. Kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalu sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, melalui saluran napas (bronchus) atau menyebar langsung
ke bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di
paru maupun di luar paru.
Menurut WHO, surveilans adalah proses
pengumpulan,pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan
terus menerusserta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk
dapatmengambil tindakan. Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu definisi
surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau
kajianepidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan
pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.
Surveilans Epidemiologi dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan dalam pengumpulan, analisis, interpretasi
data dan penyampaianinformasi dalam upaya menguraikan dan memantau suatu
penyakit/peristiwa kesehatan.Kaitannya dengan penyakit menular, kegiatan
surveilans epidemiologi bertujuan untuk mengidentifikasi kelompok risiko
tinggi dalam masyarakat, memahami cara penularan penyakit serta berusaha
memutuskan rantai penularan. Dalam hal ini setiap penyakit harusdilaporkan
secara lengkap dan tepat, yang meliputi keterangan mengenai orang (person),tempat
(place) dan waktu (time) (Budioro dalam Sikumbang, 2012).
Tujuan
Survailens Epidemiologi TBC
Tujuan Surveilans Epidemiologi:
Surveilans
bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan
populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini
dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.
Tujuan khusus surveilans ((Last, 2001; Giesecke, 2002;
JHU, 2002).:
1) Memonitor kecenderungan (trends) penyakit
2) Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak
3) Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban
penyakit (disease burden) pada populasi
4) Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu
perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan
5) Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan
6) Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001;
Giesecke, 2002; JHU, 2002).
Tujuan Surveilans
Epidemiologi TBC:
Gambar dibawah
ini menyajikan contoh penggunaan surveilans untuk memonitor performa dan
efektivitas program pengendalian TB. Perhatikan, dengan statistik deskriptif
sederhana surveilans mampu memberikan informasi tentang
kinerja program TB yang meningkat dari
tahun ke tahun, baik jumlah
kasus TB yang dideteksi, ketuntasan pengobatan
kasus, maupun kesembuhan kasus. Perhatikan
pula peran penting data time-series dalam
analisis data surveilans yang dikumpulkan
dari waktu ke waktu dengan interval sama.
Tujuan jangka panjang Penanggulangan
Nasional TB adalah menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian penyakit TB dengan cara memutuskan rantai
penularan, sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat
Indonesia.
Manfaat surveilans epidemiologi yaitu deteksi perubahan akut dari penyakit
yang terjadi dan distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit,
identifikasi kelompok risikotinggi menurut waktu, orang dan tempat,
identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya,deteksi perubahan pelayanan
kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis,
mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya, memberikaninformasi
dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa akan
datang,membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan. Inti kegiatan surveilans pada akhirnya adalah
bagaimana data yang sudahdikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke pemegang
kebijakan guna ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang
lebih baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan diIndonesia (HIMAPID dalam
Sikumbang 2008).
Manfaat Umum SE menurut Thacker dalam Kumalasari (2013):
1.
Perencanaan
2.
Implementasi
3.
Evaluasi Kegiatan kesehatan masyarakat.
Manfaat khusus SE:
1.
Memperkirakan kuntitas masalah.
2.
Menggambarkan riwayat alamiah penyakit.
3.
Mendeteksi wabah/ KLB.
4.
Menggambarkan distribusi masalah.
5.
Memfasilitasi penelitian dan epidemiologi dan laboratories.
6.
Membuktikan hipotesis.
7.
Menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan.
8.
Memonitornperubahan agen infeksius.
9.
Memonitor upaya isolasi.
10.
Mendeteksi kegiatan perubahan.
11.
Merencanakan kegiatan.
Manfaat Surveilans Epidemiologi TBC:
Melihat dari manfaat
Surveilans epidemiologi secara umum, maka manfaat surveilans epidemiologi
penyakit tbc yaitu:
1. Dapat diketahui distribusi penyakit tuberculosis menurut orang, tempat,
waktu, dan kelompok umur pada suatu daerah tertentu dimana dilakukannya surveilans.
2. Bagi pensurvei (puskesmas), sebagai bahan informasi penting mengenai suatu
penyakit tuberkulosis dan dapat digunakan untuk penentu kebijakan selanjutnya
dalam langkah penanggulangan penyakit tuberculosis tersebut.
3. Bagi masyarakat, surveilans epidemiologi tbc dapat dijadikan sebagai
informasi dan sebagai bahan masukan agar masyarakatlebih meningkatkan lagi
kesehatanya.
IMPLEMENTASI
Indikator dalam Survailens
Epidemiologi TBC
Indikator
dalam survei TBC (survey tuberkulin, studi tentang kematian, pengkajian
pelaksanaan DOTS di RS), antara lain:
1.
Komitmen pemerintah untuk mempertahankan control terhadap TB;
2.
Deteksi kasus TB di antara orang-orang yang memiliki gejala-gejala melalui pemeriksaan dahak;
3. Enam hingga delapan bulan pengobatan teratur yang diawasi (termasuk pengamatan langsung untuk pengkonsumsian obat setidaknya selama dua bulan pertama);
4.
Persediaan obat TB yang rutin dan tidak terputus;
5. Sistem laporan untuk monitoring dan evaluasi perkembangan pengobatan dan program.
6. Memasukkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment,
Short-course) sebagai penilaian akreditasi rumah sakit;
7. Menggunakan 18 alat Gene Xpert sebagai Rapid Diagnostic TB untuk TB MDR dan TB HIV;
8. Memperluas pelayanan TB MDR keseluruh Indonesia;
9. Melibatkan lintas sector Pemerintah dan asosiasi profesi untuk menjangkau seluruh kelompok masyarakat;
10.Mengembangkan Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis;
11.Memberdayakan masyarakat dengan pembentukan Jaringan Peduli TB Indonesia dan paguyuban masyarakat peduli TB;
12.Menyusun exit strategy agar tidak tergantung pada bantuan luar negeri; Menyepakati dengan PT ASKES dan Jamsostek dalam penerapan standar pengobatan TB dan pembiayaan berbasis asuransi bagi seluruh pasien TB.
Metode-Metode Survailens Epidemiologi TBC
Metodologi
yang digunakan dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif, termasuk
modeling, eksperimentasi, kuasi eksperimen, focus group discussion, in-depth
interview dan lain-lain. Tidak ada metode khusus yang digunakan.Dalam melakukan
survei tuberkulosis, keterlibatan manajer dan pelaksana program sangat
diperlukan. Keberhasilan dalam surveidinilai dari seberapa besar pemanfaatan
hasil penelitian untuk perbaikan pelaksanaan program. Pengalaman menunjukkan
bahwa hasil survei akan dimanfaatkan, bila pelaksana program diikutsertakan
sejak dari awal.
Surveilans tuberkulosis,
dengan demikian mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Spesifik terhadap program tuberkulosis
b) Membantu pengambil keputusan menemukan solusi yang
berbasis lokal
c) Mengarah kepada kegiatan yang bersifat
berkesinambungan (sustainable)
d) Memperkuat kapasitas manajer kesehatan dan petugas pelaksana program untuk
melaksanakan penelitian operasional guna mengatasi masalah
e) Melibatkan seluruh stakeholder yang berkepentingan terhadap hasil
penelitian operasional, khususnya manajer atau petugas pelaksana program pada
tingkat kabupaten kota dan provinsi
f) Memberikan akses kepada manajer atau petugas pelaksana program dari daerah
lain untuk menjadikan hasil penelitian sebagai bahan pembelajaran.
Langkah-langkah
surveilans TBC, meliputi:
1. penentuan dan penetapan masalah (problem identification),
2. upaya pemecahan masalah (hypothesis)
3. ujicoba pemecahan masalah (research implementation)
4. telaah keberhasilan upaya pemecahan masalah (analysis and discussion)
5. penyebarluasan hasil (publication).
Surveilans TBC juga
dapat dilakukan dengan cara:
1. Sentinel
surveillance merupakan sistem surveilans dimana laporan didapat dari populasi
atau fasilitas tertentu karena jumlah kasusnya sangata kecil dan jarang
terjadi.
2. Laboratory-based
reporting merupakan sistem surveilans dimana laporan didapat dari laboratorium
3. Passive surveillance
merupakan sistem surveilans dimana laporan didapat tanpa permohonan,intervensi,
atau kontak oleh dinas kesehatan yang melakukan surveilans. Surveilans pasif
memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus
dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan.
4. Active
surveillance merupakan organisasi menginisiasi prosedur surveilans untuk
mendapatkan laporan.Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans
untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter
dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan
mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus
(case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans
aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas
yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu,
surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans
aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
Kelebihan Dan Kekurangan Survailens Epidemiologi TBC
Kelebihan dan Kekurangan Secara Umum
Kelebihan Surveilens Epidemiologi Penyakit TBC
·
Informasi
epidemiologi penyakit TBC terdistribusi kepada program terkait, pusat-pusat
kajian, dan pusat penelitian serta unit surveilans lain.
· Terkumpulnya
data kesakitan, data laboratorium dan data KLB penyakit TBC di Puskesmas, Rumah
Sakit danLaboratorium, sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit
· Dapat
mendistribusikan data kesakitan, data laboratorium serta data KLB penyakit TBC
kepada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas
Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan
· Terlaksananya
pengolahan dan penyajian data penyakit dalam bentuk tabel, grafik, peta dan
analisis epidemiologi penyakit TBC lebih lanjut oleh Unit surveilans Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM &PL
Depkes
· Dapat
mendistribusikan hasil pengolahan dan penyajian data penyakit beserta hasil
analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada program terkait di
Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional,
pusat-pusat riset, pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait
lainnya
· Memantau kemampuan program TB untuk mendeteksi kasus,
menjamin selesainya pengobatan dan kesembuhan.
kekurangan dalam hal
surveilens epidemiologi penyakit TB antara lain:
a) Permaslahan dalam pencatatan data TB di rumah sakit
seperti:
1. Pertama,
ketidakakuratan data, terjadi karena pengisian formulir masih dilakukan secara
manual sehingga untuk mengisi seluruh formulir baik standar maupun buku bantu
terdapat data yang sama ditulis berulang kali, sehingga mudah menimbulkan
kesalahan
2. Masalah
ketidaklengkapan data, sebagai contoh data yang diisi dalam formulir pelaporan
TB 01 tidak lengkap sebelum pelaksanaan validasi sampling diambil 10 laporan TB
01 secara acak semuanya tidak lengkap pengisiannya, dikarenakan petugas harus
mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk melengkapi laporan TB 01
3. Validasi data memerlukan
waktu lama, karena data dari Puskesmas, BP4, Rumah Sakit dan Puskesmas harus
disalin ulang oleh wasor TB kabupaten/kota untuk kepentingan pengisian data
register kabupaten. Supervisi ke UPK dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dan
setiap kali supervisi untuk validasi data pada satu UPK dibutuhkan waktu lebih
dari 2 jam sampai sehari penuh
4. Tidak dapat
memberikan informasi bulanan tepat waktu, karena supervisi dilaksanakan setiap
3 bulan sekali sementara propinsi menghendaki laporan bulanan. Dengan demikian
laporan bulanan hanya berupa laporan estimasi.
5. Banyak pasien
yang tidak tercatat dalam program DOTS disebabkan karena pindah pengobatan dan
tidak terpantau bahkan tidak dilaporkan
6. Kesulitan untuk monitoring pasien selama pengobatan
7. Kesulitan jika
ingin membuat laporan yang bervariasi dengan tampilan tabel, grafik maupun peta
karena harus menghitung secara manual. Terakhir kesulitan untuk mengambil
keputusan klinis berkaitan penegakan diagnosis TB karena kebutuhan data klinis
belum ada dalam formulir TB standar, sehingga perlu dikembangkan format laporan
misalnya clinical pathway yang di kembangkan di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta
b) permasalahan yang berkaitan dengan structural dan pendanaan , seperti:
1. Selama ini pelaksanaan surveilans masih bersifat vertikal, dan terpisah
antar satu program dengan program lainnya. Pemerintah pusat telah mengeluarkan
Kepmenkes No.1116/SK/VIII/2003 yang mengatur penyelenggaraan sistem surveilans.
Kepmenkes ini menyebutkan agar dibentuk unit surveilans dan unit pelaksana
teknis surveilans serta dibentuk jejaring surveilans antara unitunit tersebut.
Pengamatan menunjukkan bahwa pelaksanaan Kepmenkes belum berjalan secara
maksimal di daerah. Belum ada Perda atau Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota
yang merujuk ke Kepmenkes. Surveilans saat ini banyak didanai pemerintah pusat.
Dana masuk dalam anggaran pusat yang bersifat program vertikal. Tidak ada dana
untuk pengembangan surveilans di daerah. Akibatnya jarang sekali dilakukan pencegahan
sekunderprimer oleh pemerintah daerah. Respons oleh pemerintah pusat dari
kegiatan surveilans lebih banyak ke pencegahan tersier yang mempunyai risiko
keterlambatan
2. Perlu penguatan
sistem surveilans di daerah dengan cara penguatan kedudukan unit surveilans
dalam tatanan struktural dinkes dan optimalisasi anggaran, terutama dari APBD.
Ada kemungkinan pemerintah daerah merasa bahwa urusan surveilans adalah urusan
pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah tidak memprioritaskan program
surveilans dan menganggap surveilans tidak terlalu penting. Persepsi pemerintah
daerah seperti ini yang menjadikan alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan
surveilans sangat rendah.
c. Permaslahan yang menjadi
kekurangan dalam surveilens dilihat dari prosesnya meliputi:
1. Input, meliputi
kurangnya sumber daya manusia, kurangnya peranan kelompok jabfung, minimnya
dukungan anggaran, dan tidak adanya dukungan dari Perda
2. Segi proses,
dinyatakan bahwa jejaring surveilans selama ini tidak ada, belum ada konfirmasi
kasus, belum terjadi koordinasi lintas program apalagi lintas sektoral, respon
selama ini hanya bersifat by case
3. Output,
kelengkapan dan ketepatan data masih rendah, diseminasi buletin epidemiologi
dan umpan balik pun belum ada di semua daerah, hanya saja di beberapa daerah
umpan balik dilakukan dengan pertemuan bulanan dokter, atau ada pula yang
memberi umpan balik dengan menyebarkan edaran ke Puskesmas - Puskesmas.
Untuk sajian datanya dapat dilihat dari lampiran berikut:
Daftar Pustaka
Binongko, Adhien.
2012. Laporan Surveilans Epidemiologi
Penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Wajo Kota BauBau Tahun2006-2010. Makalah
di Publikasikan. BauBau: Unidayan BauBau, Sulawesi Tenggara.
Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Kumalasari,
Tri Novia. 2013. Modul Mata Kuliah
Surveilans Epidemiologi “Konsep Surveilans Epidemiologi”.Indralaya: Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya.
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2263
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
Murti, Bhisma. Bab 5SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT.
FK UNS (http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf,
diakses tanggal 7 november 2013 )
Pelatihan Pengembangan Sistem Surveilans – Respons Pemerintah Daerah
Pasca Desentralisasi. Yogyakarta, 6-8 Agustus 2008 Dalam
Reportase-Sistem-Surveilens-Respon_Deskes-6-7-Agustus-2008-.Pdf
Rukmini &Chatarina. 2011. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN TB PARu DEWASA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISET
KESEHATAN DASAR TAHUN 2010). Ejournal Litbang Depkes
(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/1369/2193,diakses
tanggal 7 November 2013)
Sikumbang, Melda Amalia. 2012. (online), (http://www.scribd.com/doc/144676153/SURVEILANS-EPIDEMIOLOGI,
diakses pada tanggal 7 November 2013)
Wardani, Ratih Sari. 2010. Basis Data Sistem Informasi Surveilans
Tuberkulosis dalam J Kesehat Masy Indones Basis Data Sistem
Informasi Surveilans Vol 6 No 1 Th 2010 .Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.
WHO. WHO
Rekomended surveilans standars. WHO/CDS/ISR/922/EN/en
FITRIANA MAYATAMA
BalasHapusNIM: 10111001007
1. Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian. Adakah kesulitan atau hambatan dalam melakukan surveilans aktif ini, selain yang telah dijelaskan diatas dan jelaskan?
2. Diatas telah dijelaskan beberapa kekurangan surveilans epid TBC, apa upaya yang dapat kalian lakukan sebagai agent of public health untuk mengurangi/meminimalisasi terjadinya ketidakakuratan, ketidak lengkapan data,dsb?
Nama : Andi Novitasari (10111001027)
BalasHapus1. Menyambung dari pertanyaan piti, Dalam kekurangn SE TBC ada ketidak akuratan data, ketidak lengkpan dta, dan adanya pasien yang tidak tercatat dalam program DOTS, bagaimana cara peneliti melanjutkan penelitiannya sedangkan data yg di peroleh tidak lengkap dan tidak akurat dan apakah hasil penelitian ini bisa dijadikan landasan bagi pengambil kebijakan untuk membuat program intervensi yang lebih baik ? dengan data yg tidak lengkap dan akurat ada kemungkinan hasil penelitian tidak sesuai dg yg dilapangan.
2.Tujuan jangka panjang Penanggulangan Nasional TB adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB dengan cara memutuskan rantai penularan, yg ingin saya tanyakan apaka pengobatan 6 bulan termasuk cara memutuskan rantai penularan? jika iy tolong jelaskan, jika tidak apakan program yang telah dilakukan pemerintah untuk pemutusan mata rantai penularan tbc
Widi Astutty C. Daeli
BalasHapusNIM : 10111001051
mau nanya nih, kan yang di bagian implementasi yang ke-12 diatas disebutkan, menyusun exit strategy agar tidak tergantung pada bantuan luar negeri . yang ingin saya tanyakan, apa sih exit strategy itu ?? apa fungsi dari exit strategy ini ? dan kenapa pada bagian implementasi menyusun strategy ini ??
xie xie ^_^
trima kasih atas pertanyaannya :)
Hapusexit strategy adalah suatu rencana yang dibuat pada saat suatu program sudah berada pada akhir periodenya yang fungsinya agar program yang dibuat dapat terus berlanjut dan semakin bermanfaat ataupun program harus diakhiri dan diganti program lain. pada implementasi menyusun strategi ini karena rencana yang dibuat sebelumnya tidak mungkin tidak memiliki kekurangan sehingga dibuatlah exit strategy atau strategi keluar ini agar kita tidak bergantung pada luar negeri seperti mengharapkan obat-obatan ataupun perawatan di luar negeri yang cukup mahal biayanya.
terima kasih :)
*maf apabila jawaban yang diberikan masih kurang lengkap
Nama : Atidira Dwi Hanani
BalasHapusNIM : 10111001039
Diatas telah disebutkan langkah-langkah surveilans TBC meliputi penentuan dan penetapan masalah, upaya pemecahan masalah, ujicoba pemecahan masalah, telaah keberhasilan upaya pemecahan masalah, dan penyebarluasan hasil. Tolong jelaskan bagaimana tindakan yang dilakukan dalam ujicoba pemecahan masalah (research implementation) dan telaah keberhasilan upaya pemecahan masalah (analysis and discussion) pada surveilans TBC?
Terimakasih :)
Nama : Bunga Ewita
BalasHapusNIM : 10111001029
Diindikator dalam Survailens Epidemiologi TBC yg ke 10 yaitu mengembangkan Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis. Selain Ewars apakah ada cara atau porgram lain yg dilakukan oleh pemerintah ?
Terimakasih .